Menganalisa Target Ambisius Pertumbuhan Ekonomi 8% Presiden Prabowo Melalui Perspektif Solow Growth Model 


Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan target ambisius untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, yaitu mencapai pertumbuhan PDB sebesar 8% per tahun di periode 2025-2029. Target ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan saat ini yang berkisar di antara 5% – 5.5%. Pertumbuhan ini akan dicapai dengan strategi seperti peningkatan investasi dalam industrialisasi, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan upaya menarik investasi asing langsung. 

Secara historis, Indonesia pernah mencapai tingkat pertumbuhan 8,2% pada tahun 1995, tetapi tingkat pertumbuhan setinggi itu jarang terjadi. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis lebih dalam rencana Presiden Prabowo untuk mencapai target ini, dengan menggunakan Solow Growth Model sebagai kerangka analisis.

Memahami Solow Growth Model 

Model Solow Growth Model, yang dikembangkan oleh ekonom Robert Solow, adalah alat fundamental dalam ekonomi untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Model ini menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang terutama didorong oleh kemajuan teknologi, sementara akumulasi modal memainkan peran penting dalam transisi menuju jalur pertumbuhan jangka panjang ini.

Beberapa implikasi Solow Growth Model dalam konteks pertumbuhan Indonesia: 

  1. Kemajuan Teknologi adalah Kunci: Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dalam jangka panjang hanya mungkin melalui kemajuan teknologi yang terus-menerus.
  2. Tingkat Tabungan: Tingkat tabungan memengaruhi tingkat pendapatan per kapita dalam jangka panjang, tetapi tidak memengaruhi tingkat pertumbuhan jangka panjang.
  3. Konvergensi: Model ini memprediksi bahwa, di bawah kondisi tertentu, negara-negara miskin akan tumbuh lebih cepat daripada negara-negara kaya dan akhirnya menyusul dalam hal pendapatan per kapita. Ini dikenal sebagai conditional convergence.

Singkatnya, Solow Growth Model[i] memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana akumulasi modal dan kemajuan teknologi berinteraksi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Model ini menyoroti pentingnya kemajuan teknologi untuk pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan dan telah berpengaruh dalam membentuk kebijakan ekonomi.

Pada artikel ini, kita akan mereview rencana pertumbuhan 8% dari perspektif ketiga poin ini.

LATAR BELAKANG

GDP Rill Tumbuh di Kisaran 5%/thn. Dapatkah Loncat Langsung ke 8% /thn?

Ekonomi Indonesia pernah bertumbuh sekitar 7-8% pada masa Orde Baru, terutama pada paruh pertama periode 1990-an. Namun, selama 10 tahun terakhir, pertumbuhan PDB hanya sekitar 5%. Meskipun pemerintah memiliki rencana ambisius untuk mencapai pertumbuhan 8%, tampaknya hal ini tidak mungkin tercapai dalam waktu singkat, karena pertumbuhan ekonomi tidak dapat loncat secara dratis dari 5% per tahun ke 8% pada tahun berikutnya. 

Model Solow sendiri tidak memberikan pandangan spesifik mengenai pertumbuhan PDB yang pesat dalam waktu singkat, tetapi model ini memprediksi pertumbuhan yang stabil. Karena di dalam model solow, pertumbuhan PDB itu dorong oleh adopsi kemajuan teknologi, (dan pengetahuan) yang mengakibatkan fungsi produksi naik. Sehingga, pertumbuhan ekonomi per tahun itu secara bertahap, bukan melalui loncatan besar dari tahun ke tahun. 

Pertumbuhan Impor Tertinggi di Komponen PDB; Perlu Meningkatkan Net Ekspor

Pada tahun 2024, PDB Indonesia didominasi oleh Industri Pengolahan (19%), Perdagangan (13%), dan Pertanian (11%), diikuti oleh Konstruksi (10%) dan Pertambangan (9%). Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah perlu fokus pada industri dengan nilai tambah tinggi, seperti industri pengolahan. Industri ini harus bersaing dan berorientasi ekspor, mengingat besaran pasar domestik terbatas. Namun, berdasarkan distribusi PDB pengeluaran, impor justru mengalami pertumbuhan tertinggi dengan peningkatan sebesar 10,3% year-on-year. Impor ini menjadi komponen pengurang dalam perhitungan PDB. Oleh karena itu, pemerintah harus terus memperbaiki komponen ekspor jika ingin mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

TEKNOLOGI

Teknologi Sebagai  Pendorong Pertumbuhan Utama di Solow Growth Model

Salah satu keunikan dari model ini adalah kemampuannya untuk memprediksi pertumbuhan ekonomi jangka panjang dengan memasukkan teknologi (A) sebagai bagian dari kapital (K). Teknologi memainkan peran besar dalam pertumbuhan ekonomi, seperti Deepseek dikembangkan di China.

Sektor Informasi dan Komunikasi mengalami pertumbuhan signifikan dengan peningkatan sebesar 7,45% secara tahunan pada kuartal keempat tahun 2024. Hal ini menunjukkan ekspansi yang kuat dalam industri terkait teknologi, didorong oleh peningkatan aktivitas telekomunikasi dan transaksi elektronik. Pertumbuhan produksi tertinggi tercatat pada Aktivitas Jasa Lainnya, yang tumbuh sebesar 9,80% pada tahun 2024. Sektor Informasi dan Komunikasi juga memainkan peran penting, mencerminkan semakin pentingnya teknologi dalam perekonomian.

Tetapi walaupun sektor ICT, aktivitas telekomunikasi dan transaksi elektronik meningkat, peningkatan tersebut sepertinya belum tercermin dalam peningkatan fungsi produksi Indonesia secara keseluruhan, mengingat pertumbuhan PDB rill stabil di kisaran 5% /tahun beberapa tahun terakhir ini.

TINGKAT TABUNGAN

Selama tiga tahun terakhir, terdapat tren penurunan rasio tabungan terhadap PDB dari 36,96% (2022), 35,95% (2023), hingga 35,0% (2024). 

Penurunan tingkat tabungan ini dapat menyebabkan akumulasi modal yang lebih lambat, yang berpotensi mengurangi pertumbuhan output dan tingkat pendapatan di masa depan. Jika tren ini berlanjut, peningkatan stok modal mungkin akan melambat. Penurunan tingkat tabungan juga dapat berarti bahwa ekonomi bergerak menuju tingkat output steady state yang lebih rendah dibandingkan dengan yang mungkin dicapai dengan tingkat tabungan yang lebih tinggi. 

Indonesia perlu meningkatkan tingkat tabungannya untuk dapat mencapai pertumbuhan 8% per tahun.

KONVERGENSI

Solow Growth Model memprediksi bahwa, di bawah kondisi tertentu, negara-negara miskin akan tumbuh lebih cepat daripada negara-negara kaya dan akhirnya menyusul dalam hal pendapatan per kapita. Ini dikenal sebagai conditional convergence.

Secara umum, syarat dan kondisi conditional convergence adalah:

  1. Tingkat Tabungan yang Serupa: Ekonomi perlu memiliki tingkat tabungan yang sebanding, yang mempengaruhi akumulasi modal dan tingkat investasi.
  2. Tingkat Pertumbuhan Populasi yang Serupa: Pertumbuhan populasi mempengaruhi angkatan kerja dan penyebaran modal. Ekonomi dengan tingkat pertumbuhan populasi yang serupa lebih mungkin untuk berkumpul.
  3. Akses terhadap Teknologi: Ekonomi harus memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan kemampuan untuk mengadopsi kemajuan teknologi, yang mendorong pertumbuhan produktivitas.
  4. Lingkungan Institusional dan Kebijakan: Kerangka institusional dan kebijakan ekonomi yang serupa dapat memfasilitasi konvergensi dengan memastikan alokasi sumber daya yang efisien dan kondisi ekonomi yang stabil.

Dengan kondisi ini, negara-negara yang lebih “miskin” dapat tumbuh lebih cepat daripada negara yang lebih kaya, seperti Amerika atau China, karena mereka dapat mengadopsi teknologi yang ada dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya, yang pada akhirnya mengarah pada konvergensi tingkat pendapatan per kapita.

Di konteks Indonesia sendiri, tantangan utama terdapat di poin 4 – linkungan institusional dan kebijakan. Indonesia memiliki populasi yang besar (285 juta penduduk) dan akses teknologi yang memadai. 

Sumber: worldometers.info

Namun, Indonesia memperoleh skor 37 dari 100 pada Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perceptions Index) 2024 yang dilaporkan oleh Transparency International. Indeks Korupsi di Indonesia rata-rata mencapai 28,37 poin dari tahun 1995 hingga 2024.

Tanpa adanya perbaikan lingkungan institusional dan kebijakan, sulit agar Indonesia dapat masuk dalam negara-negara yang dikategorikan conditional convergence.

Corruption Perceptions Index reported by Transparency International

Agar dapat tumbuh 8%, Presiden Prabowo wajib mengevaluasi dan melakukan reformasi besar-besaran dalam pemerintahan untuk mengurangi KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). KKN tidak hanya merugikan Indonesia secara langsung dan secara material, namun juga dapat mengurangi atau membatalkan potensi investasi asing ke Indonesia. 

Kesimpulan

Meskipun target ambisius Presiden Prabowo untuk mencapai tingkat pertumbuhan PDB tahunan sebesar 8% bagi Indonesia dari 2025 hingga 2029 patut dipuji, target tersebut menghadirkan tantangan signifikan ketika dianalisis melalui perspektif Solow Growth Model. Model tersebut menekankan peran penting kemajuan teknologi dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan, yang mengisyaratkan bahwa Indonesia harus memprioritaskan inovasi dan adopsi teknologi untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi tersebut. 

Selain itu, tren tingkat tabungan saat ini dan kebutuhan akan investasi yang efisien menyoroti pentingnya mengatasi masalah struktural dalam perekonomian. Fokus pemerintah pada industrialisasi dan menarik investasi langsung asing adalah langkah yang tepat, tetapi harus dilengkapi dengan perbaikan kerangka kerja dan kebijakan institusional untuk menumbuhkan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan. Tanpa perubahan mendasar ini, mencapai target pertumbuhan 8% mungkin akan tetap sulit dicapai. Jalan ke depan membutuhkan pendekatan seimbang yang memanfaatkan kekuatan Indonesia sambil mengatasi kerentanan ekonominya


[i] Perlu diperhatikan bahwa Solow Growth Model memiliki  asumsi-asumsi seperti constant return of scale, ekonomi tertutup, dan tidak ada intervensi pemerintah, dan lain-lainnya. Namun walaupun ada keterbatan asumsi, Solow Growth Model adalah tools yang tepat untuk melakukan analisa awal apakah Indonesia bisa mencapai pertumbuhan 8%.


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *