Pendidikan China Dipimpin Oleh Beberapa Universitas Top-Tier yang Bersaing Secara Global
Dalam beberapa dekade terakhir, China telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam bidang pendidikan tinggi dan penelitian. Dua universitas terkemuka di China, Tsinghua dan Peking, sekarang berada di peringkat ke-12 dan ke-13 di dunia secara berturut-turut.
Keberhasilan ini tidak hanya terbatas pada peningkatan peringkat universitas, tetapi juga pada kontribusi China terhadap penelitian ilmiah global. Pada tahun 2022, China melampaui Amerika Serikat dalam penerbitan penilian ilmiah yang banyak dikutip.
Secara strategis, China menseleksi beberapa universitas terpilih (top-tier) untuk menjadi garda terdepan dalam publikasi dan juga ranking internasional. Mereka memiliki moto โpublikasi atau punahโ (publish or perish), menyoroti pentingnya universitas-universitas di China untuk selalu berinovasi dalam dunia akademik dan menerbitkan makalah.Universitas-universitas top-tier ini aktif mengejar kemitraan dengan kampus-kampus internasional di mana terdapat sinergi dan manfaat kerjasama penelitian. Pemerintah China berharap Universitas top-tier ini yang akan menjadi percontohan model untuk universitas-universitas lainnya, sekaligus meningkatkan standar pendidikan nasional.
Lain halnya dengan Amerika Serikat saat ini, dimana Presiden Trump memilih perang tarif dan isolasionisme daripada kerjasama. Presiden Trump tidak hanya mengurangi anggaran pendidikan, tetapi dia juga mengurangi kolaborasi akademik China-AS (dan kerjasama akademik negara-negara lainnya) karena takutnya terdapat kebocoran kekayaan intelektual.
Sedangkan China telah mempercepat kurva pembelajarannya (learning curve) di dunia akademik dengan membangun jejaring riset global, sambil terus merekruit pengungsi PhD dari AS dan negara lainnya.
Model Pertumbuhan Solow + Sumber Daya Manusia David Romer.
Dalam konteks ini, penting untuk mengevaluasi bagaimana model pertumbuhan ekonomi China, khususnya model Solow yang diperbaharui dengan memasukkan variabel sumber daya manusia, dapat menjelaskan fenomena ini.
Model pertumbuhan Solow tradisional menekankan peran akumulasi modal fisik dan teknologi sebagai faktor utama pertumbuhan ekonomi. Namun, model ini memiliki keterbatasan dalam menjelaskan perbedaan pendapatan per kapita antar negara secara empiris. Oleh karena itu, model Solow diperbarui dengan memasukkan variabel sumber daya manusia kedalam A di dalam fungsi:

Model ini memiliki modal fisik (K), modal manusia (H), dan jumlah pekerja (L). Modal fisik (K) dan teknologi (A) dianggap sebagai eksogen. Di model ini, perubahan pada barang modal fisik dan modal manusia akan menimbulkan perubahan besar pada output (Y).
Di model terbaru ini, modal manusia bersifat seperti barang privat, sementara ilmu pengetahuan bersifat seperti barang publik di suatu negara. Ilmu pengetahuan dimiliki oleh semua perusahaan dan/atau penduduk di negara tersebut. Maka dari itu, sumber daya manusia yang mencakup pendidikan dan keterampilan tenaga kerja, dianggap sebagai faktor penting dalam meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Modal fisik (K) itu diminishing, sehingga selalu harus ada kapital baru; tetapi sumber daya manusia (H) itu tidak diminishing, karena ilmu pengetahuan selalu bertambah. Secara spesifik, ilmu pengetahuan untuk meningkatkan produksi yang akan selalu terakumulasi.
Namun, modal fisik harus tetap diseimbangi dengan sumber daya manusia. Seperti contohnya, apabila suatu negara membeli drone, drone tetap harus disetir oleh seorang pilot yang handal. Atau, ada โman behind the gunโ dalam mengembangkan teknologi AI.
Peran Sumber Daya Manusia dalam Pertumbuhan Ekonomi China
China memutuskan untuk bermain panjang, dengan berinvestasi besar-besaran dalam pendidikan dan penelitian, yang tercermin dari peningkatan peringkat universitas dan kontribusi dalam penelitian ilmiah.

Source: worldbank
Model pertumbuhan yang diperbaharui dengan sumber daya manusia menunjukkan bahwa peningkatan dalam sumber daya manusia dapat menggeser kurva pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih tinggi. Dalam konteks China, peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan dan penelitian akan meningkatkan output per pekerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat kedepannya.
Barang modal fisik, modal manusia dan output masing-masing akan tumbuh dengan laju n+g, sementara Y/L, K/L dan H/L akan tumbuh dengan laju g.
Laju pertumbuhan output per pekerja ditentukan oleh pertumbuhan teknologi yang eksogen.
Model Solow yang diperbarui dengan sumber daya manusia memberikan beberapa implikasi penting. Pertama, peningkatan tingkat tabungan untuk pendidikan (sH) dapat meningkatkan sumber daya manusia dan pada akhirnya akan meningkatkan output per pekerja. Kedua, model ini menunjukkan bahwa negara dengan investasi yang lebih besar dalam sumber daya manusia cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang hanya mengandalkan modal fisik.


Sumber: worldbank
Walaupun saat ini pertumbuhan populasi China melambat di -0.1% per tahun 2023, China tetap memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Dengan populasi sebesar 1,41 milyar penduduk per 2023, pengingkatan output per pekerja melalui pendidikan dan penilitian akan meningkatkan output nasional (Y) pada akhirnya.
Melihat situasi saat ini, China berstrategi dengan mengandalkan modal manusia dan modal fisik, dan AS lebih mengandalkan modal fisik (karena telah mengurangi anggaran pendidikan).
Strategi China untuk berinvestasi dalam sumber daya manusia telah terbukti efektif dalam meningkatkan daya saing global. China telah berhasil mengintegrasikan sumber daya manusia dengan modal fisik dan teknologi, menciptakan ekosistem penelitian yang kuat dan berkelanjutan.
Kesimpulan: Daya Saing China Akan Terus Meningkat di Masa Depan Karena Akumulasi Ilmu Pengetahuan
Keberhasilan China dalam meningkatkan keunggulan akademik dan kontribusi penelitian global dapat dijelaskan melalui model Solow yang diperbarui dengan sumber daya manusia. Investasi dalam pendidikan dan penelitian telah menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi China. Apabila AS kedepan terus mengabaikan investasi pendidikan dan sumber daya manusia, ada kemungkinan daya saing China akan lebih tinggi daripada AS di masa depan.
Dengan terus meningkatkan sumber daya manusia, China dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan daya saing globalnya. Model ini juga memberikan pelajaran berharga bagi negara lain yang ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui investasi dalam sumber daya manusia.
Leave a Reply