Ketika Teori Bertemu Realitas:  Refleksi Teori Perdagangan Internasional Ricardo di Era Presiden Trump

Kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden Trump telah mengganggu tatanan perdagangan internasional. Pendekatan proteksionisme yang diusungnya bertolak belakang dengan prinsip-prinsip globalisasi yang menjadi dasar teori perdagangan internasional menurut David Ricardo.

Ricardo sendiri menerima berbagai kritik tajam, terutama ketika realitas ekonomi global yang semakin dinamis dan kompleks berbeda dengan teorinya. Artikel ini mengkaji kritik terhadap teori ekonomi klasik serta tantangan dalam mengembangkan model yang lebih realistis dan relevan dengan kondisi dunia nyata. 

Dalam konteks filsafat ekonomi, ilmu ekonomi sebagai inexact science menghadapi tantangan unik dalam merumuskan teori yang tidak hanya akurat secara konseptual tetapi juga aplikatif dalam praktik. Keunggulan ilmu ekonomi terletak pada fleksibilitasnya dalam memodifikasi asumsi dan hipotesis, memungkinkan para ekonom untuk terus merefleksikan dan menyempurnakan kerangka teoritis mereka sesuai dengan dinamika dan tantangan global, khususnya dalam konteks perdagangan internasional.

PROTEKSIONISME TRUMP VS PERDAGANGAN INTERNASIONAL RICARDO

Kebijakan perang tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah menimbulkan ketidakstabilan ekonomi serta meningkatkan ketidakpastian dunia. Meskipun Indonesia memiliki tantangan internal seperti defisit anggaran, negara ini tidak terlepas dari dampak isu global tersebut. Trump mengadopsi strategi ekonomi proteksionisme, bukan hanya sebagai taktik negosiasi, tetapi juga sebagai upaya meningkatkan lapangan pekerjaan di dalam negeri. Proteksionisme Trump ini bersebrangan dengan konsep globalisasi, sebuah tren yang telah berkembang sejak pertengahan 1980-an dan menjadi dasar pengaturan perdagangan internasional.

Peter Navarro, penasihat Trump, meyakini bahwa “Ricardo is dead![i]. David Ricardo, seorang ekonom pada tahun 1817, mencetuskan teori yang menjelaskan mengapa perdagangan internasional bebas dapat menguntungkan semua negara, asalkan mereka berspesialisasi dalam produksi yang paling efisien. Prinsip ini telah dipuji oleh banyak ekonom peraih Nobel sebagai salah satu konsep yang fundamental di ilmu eknomi. Teori ini telah menginspirasi perkembangan globalisasi dan praktik perdagangan internasional hingga hari ini.

Namun, meskipun sering digunakan, teori Ricardo ini memiliki keterbatasan. Teori ini terinspirasi oleh perjanjian antara Portugal dan Inggris untuk berdagang kain Inggris dan anggur Portugal. Meskipun perjanjian tersebut menghasilkan banyak keuntungan bagi kedua belah pihak, terdapat informasi dan dampak yang tidak diperhitungkan dalam teori tersebut. Pertama, terkait emas dari Brasil; Portugal berhasil memperoleh emas yang berlimpah melalui kolonisasi di Brasil, yang akhirnya mengalir ke London. Kedua, demi mengeksploitasi cadangan emas yang besar di Brasil, muncul perdagangan manusia dari Afrika Barat yang digunakan sebagai tenaga kerja budak di tambang. Budak-budak ini diangkut melintasi Atlantik dengan menggunakan rantai. 

Ekonom Nat Dyer, dalam tulisannya What Economists Get Wrong About Tariff Wars di Financial Times, berpendapat bahwa teori Ricardo tidak lengkap karena mengabaikan aspek-aspek historis dan sosial yang penting. Dyer menekankan perlunya “ekonomi progresif yang baru, dengan fokus pada dunia nyata dan sejarahnya, daripada model abstrak yang dibangun di atas ketidakrealistisan”. 

Namun, di sisi lain, fungsi utama teori ekonomi adalah memodelkan fenomena kompleks, bukan untuk mereplikasi realitas secara utuh. Abstraksi diperlukan sebagai sarana penyederhanaan

ILMU EKONOMI DAN ASUMSI CETERIS PARIBUS

We should be pragmatic about theory. It is a tool, rather than a glimpse of ultimate truth”. Richard Posner (1993)

Ilmu Ekonomi adalah Inexact Science

Sebagai inexact science cabang ilmu sosial, ilmu ekonomi memiliki karakteristik yang berbeda dari ilmu pengetahuan alam seperti fisika dan kimia. Jika ilmu pengetahuan alam mempelajari fenomena alam dengan pendekatan yang seringkali menghasilkan prediksi yang tepat dan hipotesis yang dapat diuji, ilmu ekonomi berurusan dengan perilaku manusia dan sistem sosial yang kompleks. Hal ini membuat sulit untuk merumuskan hukum universal (law) atau membuat prediksi yang sangat akurat dalam ekonomi. ​

Dalam menghadapi dilema antara perang tarif dan globalisasi, sangat wajar jika Dyer mengharapkan pendekatan yang lebih pragmatis dalam membangun teori ekonomi yang tidak hanya akurat secara teoretis, tetapi juga dapat diterapkan secara praktis dalam kebijakan perdagangan internasional.

Membangun Teori yang Kokoh dan Berlandaskan Realitas Dunia Tidaklah Mudah.

Milton Friedman (1953) menyatakan bahwa “in general, the more significant the theory, the more unrealistic the assumption”. Secara fundamental, teori adalah penyederhanaan dari dunia nyata dan tidak pernah dimaksudkan sebagai representasi yang sepenuhnya akurat dari realitas. Teori penting dalam meningkatkan ‘pemahaman’ kita tentang bagaimana dunia nyata beroperasi dan seringkali membuka jalan bagi penemuan-penemuan baru. Teori berfungsi sebagai landasan berpikir yang memungkinkan kita menavigasi kompleksitas realitas ekonomi.​

Asumsi Ceteris Paribus sebagai Pilar dalam Konseptualisasi Teori Ekonomi

​Dalam pengembangan teori ekonomi, asumsi ceteris paribus—yang berarti “dengan hal-hal lainnya tetap sama”—sering digunakan untuk menyederhanakan analisis. Dengan menganggap faktor-faktor lain konstan, ekonom dapat fokus pada hubungan antara variabel-variabel tertentu tanpa terganggu oleh kompleksitas dunia nyata. Pendekatan ini memungkinkan isolasi yang tepat dalam membangun teori, karena tanpa asumsi ceteris paribus, sulit bagi ekonomi untuk merangkum semua kompleksitas perilaku manusia dan sistem sosial. ​ 

Sebagai contoh, jika seorang ekonom berupaya mengembangkan teori perdagangan baru di era Trump yang sepenuhnya mencerminkan realitas tanpa menggunakan asumsi penyederhanaan, maka teori tersebut harus mempertimbangkan sejumlah variabel yang tak terhingga. Mulai dari spesifikasi negara terkait (misalnya, hanya relevan untuk Amerika Serikat), industri-industri yang dikenakan tarif (dengan rincian masing-masing sektor dan volume ekspornya), hingga sistem politik negara tersebut, serta berbagai variabel lainnya. Dengan begitu banyak asumsi, teori semacam itu tidak dapat diterapkan pada negara lain, karena setiap negara memiliki karakteristik uniknya sendiri. Bahkan, Amerika Serikat sendiri mungkin tidak dapat menggunakan teori tersebut di masa mendatang, karena karakteristik ekonominya dapat berubah seiring waktu. Akibatnya, teori tersebut menjadi tidak relevan dan usang.​

Oleh karena itu, penggunaan asumsi ceteris paribus dalam teori ekonomi tetap penting untuk mencapai keseimbangan antara penyederhanaan dan relevansi praktis. Meskipun asumsi ini mengabaikan beberapa kompleksitas dunia nyata, pendekatan tersebut memungkinkan ekonom untuk mengidentifikasi dan menganalisis hubungan kausal utama antara variabel-variabel ekonomi. Dengan demikian, teori yang dihasilkan dapat memberikan wawasan yang berguna dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks, meskipun tidak mencakup semua detail spesifik dari setiap situasi.​

Abstraksi dalam Teori Ekonomi Core: Memungkinkan Modifikasi Asumsi dan Hipotesis 

Sebagai ilmu yang inexact science, teori ekonomi memungkinkan modifikasi pada asumsi dan hipotesisnya. Berbeda dengan bidang seperti fisika atau kimia, di mana hukum-hukum sering kali bersifat presisi dan berlaku secara universal, hukum ekonomi lebih bersifat perkiraan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor.  Model dalam teori ekonomi core umumnya bersifat abstrak dengan asumsi yang sangat ketat dan memiliki kelonggaran dengan perilaku ekonomi dunia nyata. Abstraksi ini membantu para ekonom untuk merefleksikan dan menyempurnakan asumsi-asumsi yang mendasari model-model mereka. 

Pendekatan ini diperlukan agar teori-teori tersebut tetap relevan dan dapat diandalkan dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang terus berubah. Dengan demikian, para ekonom memiliki fleksibilitas untuk memodifikasi asumsi dan hipotesis dari teori inti tersebut guna menyesuaikan dengan konteks dan tantangan ekonomi yang ada.

STRATEGI PENGEMBANGAN TEORI ALTERNATIF DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL 

Lalu, bagaimana kita dapat merumuskan teori alternatif perdagangan internasional yang baru dan relevan untuk konteks masa kini?

Assumsi Realisticness 

“An obvious sense of ‘realisticness’ is practical relevance or, more strongly, practical usefulness”[ii]

Maki (2008)

Dalam proses merumuskan asumsi untuk pengembangan teori ekonomi, Maki berpendapat bahwa menemukan asumsi yang sepenuhnya realistis sangat sulit. Yang lebih penting adalah mengevaluasi realisticness atau seberapa relevan asumsi tersebut dengan kenyataan, daripada berdebat tentang realisme sebagai suatu teori dan asumsinya.

Filsuf Ernest Nagel (1963) menawarkan panduan komprehensif untuk mengevaluasi tingkat realisticness dalam teori ekonomi:

1Referensialitas (Referentiality)Apakah suatu istilah atau teori benar-benar “menunjuk” atau merujuk pada entitas nyata (atau kumpulan entitas nyata).
2Observabilitas (Observability)Apakah teori tersebut berkaitan dengan entitas yang dapat diamati secara langsung (atau dapat dianggap demikian) dibandingkan dengan konstruksi teoretis semata.
3Kebenaran Sering disebut realistik secara veristik; sebuah teori dikatakan realistis jika (atau mendekati) kebenarannya, meskipun dalam beberapa hal mungkin tidak sepenuhnya benar.
4Kepartialan(Partiality)Ide bahwa sebuah teori mungkin hanya benar sebagian (menggambarkan sebagian realitas) daripada memberikan gambaran lengkap tentang keseluruhan realitas.
5Keberhasilan dalam Uji EmpirisSejauh mana sebuah teori bertahan dalam pemeriksaan empiris, apakah teori tersebut mendapat konfirmasi (atau menghindari falsifikasi) dalam uji coba.
6Kelayakan Sejauh mana suatu asumsi atau teori tampak dapat dipercaya atau diterima (yang sering bervariasi tergantung pada komitmen komunitas epistemik tertentu).
7Kegunaan Praktis Apakah teori tersebut relevan atau berguna dalam praktik, misalnya dengan menyediakan pedoman untuk kebijakan atau membantu menghindari kesalahan skala besar. ​

(daftar ini tidak sepenuhnya lengkap, namun berguna untuk mengevaluasi tingkat realisticness)

Dyer mungkin merasa bahwa teori perdagangan internasional Ricardo belum mencapai tingkat realisticness yang memadai karena, terutama, pada poin 7 (kegunaan praktis), yaitu teori tersebut belum memberikan pedoman yang efektif dan aplikatif untuk merancang serta melaksanakan kebijakan perdagangan dalam situasi ekonomi nyata.

Teori alternatif yang baru harus memenuhi seluruh panduan realisticness yang telah ditetapkan. Tingkat realisticness dari asumsi-asumsi yang digunakan memainkan peran krusial dalam menentukan keberlakuan dan relevansi model-model ekonomi. Hal ini dikarenakan teori ekonomi harus mampu merujuk pada entitas nyata dan memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap perilaku ekonomi. Dengan memastikan bahwa asumsi-asumsi tersebut memiliki tingkat realisticness yang tinggi, para ekonom dapat mengembangkan model yang tidak hanya valid secara empiris, tetapi juga memiliki kegunaan praktis yang signifikan.

Model Isolasi

Pada masa lalu, model ekonomi sangat didorong oleh matematika sehingga memunculkan kritik terhadap blackboard economics —yakni ekonomi yang secara matematis sangat terperinci dan ketat, namun seringkali dianggap tidak terhubung dengan fakta serta isu dunia nyata. Seharusnya, bentuk matematika digunakan hanya sebagai alat bantu untuk menjelaskan dunia nyata, bukan untuk menciptakan dunia imajiner, apalagi di era saat ini di mana bukti empiris memegang peranan penting dalam mengonfirmasi suatu teori. 

Maki menekankan pentingnya isolasi dalam pemodelan ekonomi, memandangnya sebagai strategi metodologis yang berfokus pada faktor-faktor kausal tertentu dengan mengabstraksi dari yang lain. Pendekatan ini memungkinkan ekonom untuk membangun model yang, meskipun tidak sepenuhnya benar secara holistik, dapat memberikan wawasan penting tentang aspek-aspek tertentu dari sistem ekonomi. 

Berikut adalah perbedaan model isolasi dan model idealisasi[iii]:

IsolasiIdealisasi
Berfokus pada variabel atau mekanisme tertentu sambil mengabstraksi dari yang lain tanpa mendistorsi karakteristiknya. Metode ini bertujuan untuk mempelajari hubungan kausal spesifik dalam sistem dengan ‘mengisolasi’ mereka dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi.​Melibatkan pengenalan asumsi yang mungkin tidak berlaku dalam realitas untuk menyederhanakan fenomena kompleks. Misalnya, mengasumsikan persaingan sempurna di pasar yang sebenarnya tidak ada.​

Maki  menyarankan bahwa sementara idealisasi memperkenalkan distorsi yang disengaja untuk menyederhanakan analisis, isolasi berusaha untuk mengabstraksi elemen-elemen tertentu untuk mempelajarinya secara terkendali tanpa salah menggambarkan sifat inherennya. Dia percaya bahwa menggunakan isolasi dalam pemodelan dapat mengarah pada teori ekonomi yang lebih akurat dan dapat diterapkan. ​

Model ekonomi berfungsi sebagai representasi dari sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri; mereka tidak hanya menggambarkan fenomena, tetapi juga bertindak sebagai representatif dari sistem yang dimodelkan. Model membantu menjelaskan dan meramalkan (predict) fenomena, serta membantu dalam konstruksi, interpretasi, dan pengujian teori, serta menghasilkan teknologi dan struktur. 

Keberhasilan dalam Uji Empiris

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, uji empiris telah menjadi elemen krusial dalam ilmu ekonomi. Penting bagi teori-teori baru untuk dapat diuji secara empiris guna memastikan validitas dan relevansinya dalam konteks dunia nyata. 

Namun, mengingat bahwa suatu teori dapat dijelaskan melalui berbagai model, dan setiap model memerlukan data yang komprehensif, tidak ada pengujian yang dapat dianggap sepenuhnya konklusif.

PENUTUP: ILMU PENGETAHUAN EKONOMI AKAN TERUS BERKEMBANG

Dari pembahasan di atas, terlihat bahwa ilmu ekonomi sebagai inexact science menghadapi tantangan unik dalam menyusun teori yang valid dan aplikatif. Ketidakmampuan untuk menggeneralisasi hukum universal seperti pada ilmu pengetahuan alam membuat teori ekonomi lebih bergantung pada asumsi-asumsi penyederhanaan, terutama asumsi ceteris paribus. Dengan mengabaikan variabel-variabel lain dan fokus pada hubungan kausal antara variabel tertentu, asumsi ini memungkinkan para ekonom untuk menyusun model yang, meskipun tidak mencakup semua kompleksitas dunia nyata, tetap memberikan wawasan praktis dan berguna dalam menghadapi dinamika ekonomi yang terus berubah.

Namun, keunggulan fundamental ilmu ekonomi terletak pada fleksibilitasnya dalam memodifikasi asumsi dan hipotesis. Abstraksi dalam model-model ekonomi memungkinkan para ekonom untuk secara konsisten merefleksikan, mengkritisi, dan menyempurnakan kerangka teoritis mereka agar selalu relevan dan tanggap terhadap konteks serta tantangan terkini.

Ke depan, pengembangan teori alternatif dalam perdagangan internasional tidak hanya menuntut keakuratan konseptual, tetapi juga harus mengedepankan relevansi praktis dengan realisticness. Selain itu, penggunaan model isolasi sebagai strategi pemodelan memberikan keuntungan dalam memahami hubungan kausal secara spesifik tanpa harus mengorbankan kompleksitas realitas secara keseluruhan. Dengan demikian, pengembangan teori alternatif yang menggabungkan evaluasi realisticness dan penggunaan model isolasi merupakan langkah strategis untuk menciptakan kerangka kerja ekonomi yang lebih valid, relevan, dan adaptif terhadap dinamika global saat ini.


Reference

[i] Nat Dyer (2025), What economists get wrong about tariff wars

[ii] Maki, U. (2008). “Realism” in Daniel Hausman, editor, The Philosophy of Economics: An Anthology, pp. 431-438.

[iii] Maki, U. (1994). Isolation, idealization and truth in economics. Poznan Studies in the Philosophy of the Sciences and the Humanities, 38, 147-168.


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *